Doni adalah seorang remaja bertubuh gemuk. Dengan tampangnya yang polos nan lucu, dia terlihat sedang menikmati hari-hari libur kuliahnya dengan menyeruput secangkir kopi hangat.
Beberapa menit berlalu. Tak ada yang mengganggu kesenangan milik Doni. Hingga datanglah teman lamanya yang memiliki tubuh yang berlawanan dengan Doni, yaitu bertubuh kurus. Sebut saja dia adalah Ardi.
"Assalamu'alaikum." Ardi menghampiri temannya itu yang terlihat sedang bersantai di atas kursi bambu rumahnya.
"Wa'alaikumsalam, masuk masuk." Sambut Doni dengan tampang gembira karena kedatangan tamu yang tak asing baginya.
Sesaat kemudian, Ardi ikut duduk tepat disebelah Doni. Dan dengan penuh rasa ramah, Doni menyiapkan secangkir kopi hangat di atas meja untuk disuguhkan kepada teman lamanya.
"Ayo, silahkan diminum." Kata Doni.
Tanpa rasa malu, Ardi pun segera menyambutnya dengan wajah senang.
Tiba-tiba, Ardi terpikirkan sebuah topik untuk dibicarakan dengan teman gemunya itu.
"Don, lo tau gak?" Tanya Ardi dengan wajah seyum dan penuh dengan misteri.
"Apaan? Lo aja belom ngasi topik pembicaraan, udah nanya tau apa nggaknya. Yaa belum tau lah." Begitulah Doni menanggapinya. Dia mudah 'sewot' dengan hal-hal yang berbau ambigu. Walau begitu, Doni adalah orang yang ramah dan mudah memaafkan.
"Hehe, lo tau nggak? Kalo sekarang, shalat jum'at di haramin?" Kali ini, wajah Ardi agak cengengesan (nyengir).
Saat sedang menyeruput kopinya yang sedikit lagi habis, tiba-tiba saja Doni kaget yang hal itu menyebabkan tenggorokannya sedikit sakit, akibat tersedak air. Di tambah lagi, seruputan terakhirnya menjadi terbuang sia-sia.
"Hah?" Doni melihat teman kurusnya dengan wajah penuh heran. "Ngaco aja lo di. Jangan-jangan lo jadi liberal ya? Gara-gara keseringan gaul sama anak kampus." Lanjut Doni, yang kali ini, wajahnya benar-benar memperlihatkan wajah kesal sekaligus heran.
Mendengar jawaban temannya itu, Ardi hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
Melihat reaksinya yang diluar dugaan, Doni semakin heran.
"Kenapa sih lo?" Tanya Doni dengan harapan temannya bisa memberikan jawaban yang dia inginkan.
Doni dan Ardi memanglah teman masa kecil. Sampai sekarangpun mereka berdua masih terus bersama, yakni untuk melanjutkan jenjang pendidikan S1nya di salah satu kapus Negeri Islam ternama di Indonesia.
"Begini sob." Dengan perlahan, Ardi mencoba meredamkan rasa geli pada dirinya. "Hm, coba deh, lo liat hp lo sekarang." Lanjut Ardi, yang jawabannya terlihat semakin misterius.
"Buat apaan?" Doni semakin heran.
"Udah nurut aja." Ardi menyuruh Doni dengan agak memaksa.
Lalu, Doni mengambil ponsel mahalnya yang di letakkan di saku celana kanan. Saat Doni sudah memegang dan menyalakannya, Doni pun kemabi bertanya.
"Terus? Ngapain?"
"Liat de, sekaang tanggal berapa dan hari apa?" Ardi kembali menjawab dengan pertanyaan lagi.
"Tanggal 23 juli 2017, hari minggu." Jawab Doni dengan polosnya.
Ardi kembali tersenyum. Kali ini dengan senyuman yang lebar karena merasa puas.
"Nah, masa shalat jum'at di hari minggu? Yaa haramlah." Saat menjawab, Ardi kembali tertawa terbahak-bahak, karena berhasil mengerjai' teman dekatnya. "Lo udah ngaji berapa tahun sih? Masa shalat jumat di hari minggu? Namanya juga jum'at, yaa di kerjainnya pas hari jum'at lah."
Doni tercengan untuk sesaat. "Kenapa gue baru sadar ya?" Gumamnya dalam hati.
TAMAT!
Udah gitu aja.
NB: KIsah di atas hanyalah sebuah fiksi belaka. Anggap saja, penulis amatir ini sedang belajar membuat cerita pendek.
Walau begitu, inti sumber cerita berasal dari pengalaman pribadi yang pernah kena 'jebakan batman' karena salah memahami kalimat usil kawan.
Walau begitu, inti sumber cerita berasal dari pengalaman pribadi yang pernah kena 'jebakan batman' karena salah memahami kalimat usil kawan.