Pada suatu hari, tepatnya dikota Madinah, ada seorang sahabat yang terkenal dengan riwayat hadis yang begitu banyak, yaa, dia adalah Abu Hurairah.
Saat itu, Abu Hurairah sedang melewati pasar, lalu dia berhenti sejenak. Tidak lama setelah dia berhenti, tiba-tiba saja dia berseru kepada orang-orang pasar.
Pict Google
"Hei orang-orang pasar, alangkah lemahnya diri kalian!" Itulah perkataan Abu Hurairah saat pertama kali menyapa orang-orang pasar.
Selama ini sudah kita ketahui, bahwa pasar saat itu merupakan pusat bisnis, aktivitas yang bersifat keduniawian, dan pastilah sangat banyak orang-orang yang terlelap atau tenggelam pada urusan bisnisnya.
Orang-orang pasar yang saat itu di panggil oleh Abu Hurairah dengan menyebut diri mereka lemah, tentulah mereka orang-orang pasar terkejut. Bagaimana tidak? Baru datang, tiba-tiba mengucapkan hal yang mereka (Orang-orang pasar) tidak mereka pahami maksudnya.
Lalu orang-orang pasar bertanya kepada Abu Hurairah.
"Kamu kenapa yaa Abu Hurairah?" Tanya mereka sambil keheranan.
"Apakah kalian tidak mengetahuinya, bahwa warisan Nabi SAW sedang dibagi-bagikan? memangnya kalian tidak ingin mengambil jatah kalian?" Jawab Abu Hurairah, dengan nada pertanyaan juga.
Saat mendengar jawaban Abu Hurairah tersebut, banyak dari mereka yang sangat berkeinginan untuk mendapatkan warisan Nabi tersebut. Mana ada orang yang tidak mau nerima warisan?
Selanjutnya, merekapun menanyakan tempat dimana warisan Nabi SAW sedang dibagikan.
"Memangnya warisan Nabi SAW sedang dibagi-bagikan dimana?" Tanya mereka.
Dengan cepat Abu Hurairah menjawab.
"Dekat Masjid." Jawab Abu Hurairah singkat.
Lantas, mereka tergesa-gesa untuk meninggalkan pasar untuk menuju masjid terdekat karena merasa khawatir jatah warisan mereka tidak tersisa.
Melihat orang-orang yang sedang tergesa-gesa meninggalkan pasar, Abu Hurairah hanya terdiam dengan tenang, menunggu mereka para orang-orang pasar kembali kehadapannya.
Selang beberapa menit kemudian, pulanglah orang-orang pasar tersebut dengan wajah kecewa. Lantas Abu Hurairah heran.
"Ada apa dengan kalian?" Tanya Abu Hurairah.
"Yaa Abu Hurairah, kami sudah mendatangi masjid tersebut, bahkan sudah memasukinya. Akan tetapi kami tidak menemukan sesuatu apapun yang sedang di bagi-bagikan." Jawab mereka dengan nada kecewa.
"Apakah kalian tidak melihat sesuatupun (seseorang) di masjid sana?" Abu Hurairah bertanya.
"Kami melihat orang-orang yang mendirikan shalat, membaca Al-Qur’an, dan orang yang mempelajari halal-haram.” Jawab mereka.
Mendengar jawaban mereka, Abu Hurairah merasa kecewa.
"Celakalah kalian, itulah warisan Muhammad SAW."
---
Pertanyaannya, "Jadi, apa itu yang dimaksud dengan warisan Nabi SAW?"
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
#Subhanallah
Rujukan: kitab Fawaidul Mukhtaroh, karangan Ali bin Hasan Bahrun
Di tulis oleh
Al Faqih
11-03-2017
Jakarta-Indonesia
Twitter: @faqih_abduh
Instagram: @faqihabduh
Facebook: /faqihabduh
---
Tulisan di atas adalah tulisan lama yang pernah gue uplod di blog ini namun terhapus akibat kesalahan yang ceroboh. Selamat malam. Jangan lupa secangkir kopi atau teh hangatnya.