Kita berteman, bertetangga, juga bergaul degan orang lain. Dan saat kita berkumpul dengan orang yang berbeda latar belakang dengan kita, berbeda pikiran dengan kita, juga berbeda pendapat mengenai suatu masalah, hal itu sering kali menjadi polemik yang mengancam menjadi sebuah permusuhan.
Selain itu, terkadang jika ada rasa tidak menerima dihati, sering kali seseorang itu melontarkan kata-kata kotor, kasar, caci maki bahkan sampai meng-KAFIR-kan, juga memberikan lebel MUNAFIK.
Pic: google
Anak tetangga Al-faqr yang masih kecil, kira-kira baru menduduki bagku 2 MI sudah banyak yang hafal mengenai hadis Nabi yang memang sangat masyhur dikalangan umat muslim. Yaitu:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ اِذَاحَدَثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ اَحْلَفَ وَاِذَااؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat”. (HR. Bukhori)
Tentulah kita sudah memahami maksud dari hadis ini.
Tentulah kita sudah memahami maksud dari hadis ini.
Dalam al-Quran pun tak sedikit ayat yang membahas orang-orang munafik juga akibat yang akan diterimanya.
Tahukan kalian arti dari munafik itu sendiri?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, munafik adalah berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak
Bicara munafik lebih dalam lagi. Kemunafikan dibagi menjadi dua, ada yang Akbar (besar) yang berhubungan dengan keyakinan, yaitu: menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keislaman dan pelakunya akan kekal dineraka Jahannam, dan ada yang Sughra (kecil) yaitu menampakkan lahiriah yang baik dan menyembunyikan kebalikannya.
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Kesimpulannya, kemunafikan asghar semuanya kembali kepada berbedanya seseorang ketika sedang sendiri dan ketika terlihat (bersama) orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Hasan Al-Bashri rahimahullahu.” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal. 747)
Al-Faqr tidak akan membahas lebih jauh lagi mengenai defini munafik, karena al-Faqr yakin, kalian yang sudah mendalami ilmu agama bertahun-tahun lamanya sudah mengerti dari definisi munafik itu sendiri.
Disini, al-Faqr teringat hadis Nabi SAW yang mengatakan bahwasannya kecirian munafik seseorang itu akan terasa terlihat pada moment tertentu. Yaitu hadis nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari no. 657).
Dari hadis diatas sudah sngat jelas. Marilah kita meng-intropeksi diri, 'Apakah saat kita melaksanakan shalat Shubuh badan kita merasa keberatan untuk menunaikannya? karena dilanda rasa kantuk yang amat sangat.'
Begitu juga di waku isya. 'Apakah kita merasa lelah dan letih akibat bekerja dari pagi hari hingga malam hari, sehingga kita merasa berat untuk melaksanakan shalat Isya'?'
Sebelum menjudge orang lain dengan lebel munafik, marilah kita renungi bersama. Apakah dalam dirikita terdapat siat-sifat orang munaik?
Hati seseorang tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan malaikat sekalipun. Haya dirinyalah dan Allah yang mengetahuinya.
Saat kita sering berpikir, atau ber-muhasabah diri, suatu saat kita akan berpikir, 'Jangan-jangan kita yang munafik?'
Al Faqih
Jakarta, 01-April-2017
Kebon Nanas
Refrensi:
- Jami’ul ‘Ulum wal Hikam
- Hadis Bukhari
Facebook: /faqihabduh
Twitter: @faqih_abduh
Instagram: @faqihabduh
Blog: faqihabduh.web.id